Senin, 30 Januari 2012

Pengangguran Anak Muda Sebagai Pemimpin Revolusi

     Minggu ini, the Worls Economic Forum (WEF) di Davos berdebat tentang isu pengangguran di penjuru dunia, dalam perdebatan itu pertanyaan teror dijatuhkan untuk kelas kapitalis dan perwakilannya yang di duga memantik gerakan revolusi oleh pemuda di seluruh dunia.
     Delegasi pertemuan diwakili dari sejumlah bank besar dan lembaga finansial. Sebagaimana yang dialami para pemimpin politik di seluruh dunia, mereka (baca korporasi) tersebut merasakan teor ketakutan dan perasaan 'horor' sejak terjadinya revolusi yang 'dimotori' jutaan anak muda di dunia yang berumur antara 16-24 tahun yang rata-rata berstatus tidak bekerja dan tidak punya prospek pekerjaan.
Add caption

Kondisi pengangguran anak muda ini sangat dramatis.
    Pada beberapa negara seperti di Timur Tengah, 90 % dari anak usia 16-24 tahun tidak memiliki pekerjaan. Di Amerika Serikat sendiri, pada kisaran 23 % yang diikuti Spanyol dimana 50% anak mudanya tidak bekerja. Di Inggris, situasi yang sama dialami 22%  orang dengan pengangguran anak muda yang sampai  menyentuh level 1 juta orang pada awal tahun ini. Di seluruh dunia, diperkirakan ada sekitar 200 Juta orang yang tidak bekerja alias menganggur dan  dimana 75 jutanya adalah anak muda.
   WEF menyebutnya sebagai "the Lost Generations", sementara di media borjuis  berusaha menutupi itu sebagai kesalahan anak muda sendiri yang gagal melakukan adaptasi.
   Pada pertemuan Davos, Swiss, salah satu delegasi memberikan solusi jika krisis ini harus dihentikan melalui pengurangan angka pengangguran pemuda. Penganggur itu harus dibebastugaskan untuk bekerja tanpa melakukan apa-apa selama 2 tahun, katanya.
     Dari seluruh delegasi menyatakan kalau mereka khawatir dengan kondisi ini. Mereka berharap besar pada peran persatuan kapitalis dalam WEF ini. Pemimpin IMF, Christine Legarde, mengadakan pertemuan tertutup dengan pemimpin EMF ini selama seminggu spesial untuk mendiskusikan tentang pengangguran, dimana menghasilkan kesepakatan untuk mengawalai penyelesaian krisis ini di kawasan Eropa. Hari ini di Davos, mereka menyepakati sebuah rencana untuk berkomitmen menyalurkan 22 milyar Euro untuk mengatasi pengangguran anak muda di seluruh Eropa.
    Dapat diprediksi jika uang ini tidak akan berwujud dan banyak menolong, selain menambah parah,  kapitalisme yang telah mengalami kebangkrutan.
     Apa yang menjadi konsentrasi pemikiran pertemuan Davos adalah pemuda, jauh dari masalah 'hilangnya generasi', sebaliknya apa yang diperingati para kapitalis di Davos justru menjadi ajang pembuktian bahwa kekuatan pemuda sangat besar dan merekalah yang akan memulai perubahan/ revolusi.
    Di Tunisia atau Mesir, pemuda menjadi agen penumbangan Ben Ali dan Mubarak, dan sekarang pemuda di Mesir masih melanjutkan perjuangan membersihkan pemerintahan militer.
    Perjuangan yang tanpa henti telah membangkitkan semangat berlawan kelas pekerja di seluruh dunia dan menginspirasi para pemuda di seluruh dunia, baik di Amerika sampai Eropa. Gerakan revolusioner pemudamengawali perjuangan melawan sistem kapitalisme yang bangkrut dan membuat jutaan pemuda kehilangan masa depannya, termasuk sebab yang menimbulkan pengangguran dan ketidakstabilan hidup pemuda hari ini
     Anak muda adalah golongan paling revolusioner dari kelas pekerja. Mereka tidak bersikap oportunis dengan mengikuti resep reformasi kapitalisme seperti yang diinginkan pemimpin MEF. Kapitali di Davos itu membujuk dan merayu dengan mengangkat soal kondisi pengangguran pemuda. Dan pemuda tak hirau dengan bujukan ini sebab terus menerus mendesak koalisi pemerintah yang mana telah menjatuhkan pekerjaan dan keuntungan untuk menalangi utang-utang perbankan.
     Untuk para pemuda di seluruh dunia, satu-satunya solusi adalah ikut andil dalam perjuangan menjatuhkan sistem kapitalisme yang sedang bangkrut ini untuk selamanya.  Dan mereka (pemuda dan kelas pekerja), harus maju kedepan mencapai sistem sosialis dimana produksi dilakukan untuk kebutuhan manusia bukan keuntungan sebagain kecil kelas kapitalis.
     Itu berarti para pemuda harus maju ke depan bergabung dan membangun Komite Internasional dari Internasional ke 4 di setiap negara, dan mendorong kelas pekerja dengan kepemimpinan yang revolusioner, guna menyelesaikan pertanyaan historis selama ini.


Di terjemahkan bebas dari Workers Revolutionary Party
Share

Selasa, 17 Januari 2012

Tanah Para Petani

Philosophy and Cultural Studies

Dari lahan yang subur dan hasil pertanian yang melimpah petani menerima hasil yang kecil. Kaum pedagang dan negara telah mengambil kelebihan hasil produksi itu di gudang-gudang. Sementara lumbung-lumbung petani, tak tersisa hasil-hasil produksi dari ladang, kecuali catatan hutang.

Oleh negara dari keuntungan, menjual hasil rampasan itu dibangun jalan-jalan beraspal, mal-mal pabrik-pabrik dan gedung rapat. Dengan nada congkak nan naif, pembangunan dan industrialisasi dimantrakan. Revolusi hijau menyulap kerbau-kerbau menjadi traktor, lesung tergusur mesin-mesin selep.

Suara pembangunan terdengar sampai sawah. Megah berdiri rumah-rumah, restoran mewah dan industri-industri. Seperti optimistis pemerintah, menghisap ruang-ruang pertanian dan menjadikan petani dan anak-anaknya menjadi kuli-kuli bangunan dan penyokong kota-kota.

Tanah para petani terenggut tanpa sadar dan sikap 'nrimo' saja. Wajah-wajah kusam kaum urban memenuhi sudut-sudut terpinggir industrialisasi. Di kota, nasib korban pembangunan, tak lebih baik dari sekedar 'cukup nggak cukup'.

Setelah penguasa lama, dengan perangkat pemaksa, tipu daya dan bedil-bedil itu tumbang, tanah-tanah yang dirampas itu tak juga dikembalikan.UUPA dengan agrarian reform masih manis di atas kertas dan nol dalam pelaksanaan.Bahkan budaya kekerasan penguasa, satu dua kali, masih menjadi benteng-benteng pelindung pedagang/ kaum fisiokrat/ kapitalis yang sama-sama culas.

Petani berdiri tegak di atas ketidakadilan negara. Nasib para petani mustahil sejahtera kalau menunggu pemimpin berbaik hati. Harapan akan tinggal harapan manakala tidak ada usaha apapun untuk menyegerakan berbagai reforms di bidang keagrariaan itu. Para petani sendiri secara terorganisasi mestilah berkeberdaaan untk mewujudkan tanah dan apa-apa yang jadi tuntutan dan keinginanya itu. Dalam wadah-wadah dan berserikat, kepentingan, aspirasi, dan tuntutan itu diwujudkan (Soetandyo, 2002).

Tanah simbol kedaulatan petani, kalau tanah tidak dimiliki, petani dan rakyat tidak akan memakan suatu apapun, kalau tidak ada yang bisa dimakan jangan salahkan kemarahan, kalau kemarahan itu semakin tak terkontrol karena etrjadi dimana-mana, pembangkangan akan terjadi. Kalau pembangkangan sering terjadi, pemerintah ahrus waspada, kalau negara dalam situasi tegang terus menerus, negara akan melemah & ambruk.

Tanah para petani ialah masalah kesejahteraan dan keselamatan anak-anak manusia yang harus dapat hidup secara layak dan sinambung dengan jaminan asasi. Oleh negara, han ini harus dijamin perlindungannya agar setiap manusia, khususnya petani, untuk memperoleh kemanfaatan dan kesejahteraan bagi hdiupnya dari sumber-sumber agraria di atas tanah yang menjadi kedaulatannya.
Share

Minggu, 13 November 2011

Lelaki, Pendamlah Tangismu!

Hidup ini sendu berwajah pilu. Apa yang kita cari dalam kehidupan (kesenangan, pujian, harta, bahkan kebahagiaan), tak sanggup membayar semua yang kita inginkan dari kehadiran kita dalam paksaan kehidupan. Apakah tangis dan kepiluan akibat kesadaran yang sudah sesak harus ditahan lagi dalam fustasi-frustasi. Tangisan, karena tak sanggup menahan kekecewaan pada kehidupan ini?

Kesadaran pilu. Hanya letuup-letup sesaat. Lebih banyak waktu yang kita lewati tertarik pada irama hidup yang terus mengalun-alun, berputar-putar dalam ritme yang sepeti menarik, namun sebenarnya dapat ditebak. Hidup yang membosankan, namun tanpa daya kuasa, kita harua terus mendekati-mengalaminya. Karena kehidupan menuntut kita umpan balik dari keberanian orang-tua kita yang melahirkan kita dalam persenggamaan yang berhasil, di dunia. Kita tidak bersalah atas kelahiran, namun harus menanggung dosa dan beban kehidupan.
Ah,, haruskah kita cari celah untuk dapat bersyukur, seperti seorang pastur atau rabi, sufi atau sang filosof. Yang dalam kesadaran terus menerus memikirkan hidup, dengan sangat dekat?!

Banyak sekali ekspresi tingkah-polah, tindak, dalam mengalami kehidupan itu. Kadang manis senyum kita, harus marah, dan berperan seperti pemain opera dalam ribuan judul dan stage (panggung). Kitalah pemain-pemain opera tadi yang harus menderita terus menerus, karena kenyataan parodi hidup -lebih kerap berakhir tragedi dari pada heroik.

Alur Hidup
Kecil menjadi dewasa tua lalu bersiap-siap menyambut ajal yang siap menerima kita dalam lubang-lubangnya. Aha... ini akan terjadi pada siapa saja makhluk-makhluk yang hidup. Tak semut atau manusia siapapun. Mereka harus menerima pahitnya kematian, seperti halnya nikmatnya kebahagiaan dalam lahir di dunia.

Salatiga, 14 November
1:34

Share